Menyonsong Ramadlan 1436 H
Oleh: M. Tata Taufik
Beberapa Persiapan Umum:
Antusias masyarakat muslim terhadap kedatangan bulan suci Ramadlan diawali dengan semangat untuk mencapainya, dalam berbagai media sosial ketika memasuki bulan Rajab sudah mulai banyak ditulis du’a-du’a harapan agar bisa sampai ke bulan Ramadlan. Akun twiter @hekmaa menuliskan ungkapan al-Sa’di: “Jika engkau berdu’a memohon agar bisa sampai bulan Ramadlan, jangan lupa untuk berdu’a juga agar engkau mendpat barakah di bulan tersebut, karena masalahnya bukan terletak pada sampainya ke Ramdlan, tapi pada apa yang akan kamu kerjaan di bulan itu.”
Sementara di sisi lain berbagai media juga mulai mengarahkan konten pesan-pesan periklanan kepada situasi Ramadlan, selain juga berbagai tv show bulan Ramadlan sudah mulai di publikasikan jadwal dan nama programnya. Rubrikasi media cetak dan online pun ditambah dengan ruangan khusus Ramadlan.
Ada lagi di tempat lain, pasar juga semangat menyiapkan diri untuk menyongsong Ramadlan, beberapa lay out barang dagangan sudah ditata sedemikian rupa menyesuaikan dengan kebutuhan Ramadalan dengan aneka ragam bingkisan yang ditawarkan.
Bahkan lebih jauh lagi Ramadalan belum tiba di bidang transportasi sudah mulai mengumumkan pemesanan tiket mudik, jalan-jalan sudah mulai diperbaiki, penambalan dan perbaikan juga disiapkan untuk mudik—suasana ini biasanya menjelang awal Ramadlan dan 7 hari akhir—yang merupakan kegiatan pulangnya para perantau ke kampung halaman mereka.
Sedangkan lembaga-lembaga pendidikan serta mesjid-mesjid mempersiapkan diri menyambut kedatangan bulan suci ini dengan menawarkan juga beberapa kegiatan, yang paling umum adalah program pendidikan Ramadalan biasanya berbentuk kajian kitab-kitab tertentu di pesantren, pengajian dan pesantren kilat. Sedangkan mesjid menyiapkan jadwal shalat tarawahih, kuliah subuh, serta ceramah-ceramah keagamaan, tak ketinggalan juga jadwal imsakiyah.
Persiapan-persiapan tersebut jika tidak dibarengi dengan persiapan individual akan menjadi aksesoris belaka yang kering dari nilai-nilai maknawi. Semenatra harapan besar dari nilai Ramadlan yang berkarakter masih menjadi impian.
Menuju Persiapan Batin Individual:
Dari sinyal-sinyal umum yang ditangkap berkenaan dengan kesiapan menyongsong kedatangan bulan suci ini, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana kesiapan secara individu setiap muslim untuk menyambutnya?
Pertama, menentukan target apa yang akan dicapai selama bulan Ramadlan: Dalam hal ini minimal ada tiga hal sesuai dengan informasi yang didapat dari Rasulullah SAW bahwa dalam bulan Ramadalan itu awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan dan akhirnya adalah terbebas dari api neraka. Maka kesiapan yang paling utama adalah bertekad untuk mendapatkan rahmat dan ampunan Allah SWT serta bisa terbebas dari neraka.
Kedua, berniat mengisi Ramadlan untuk mengharapkan pahala dari Allah semata. Itu yang disebut ihtisab, sebuah perbuatan yang motifasinya mengharapkan balasan dari Allah, bukan dari yang lain; seperti pujian atau kesan dari sesama.
Ada banyak anjuran dan nasehat Rasulullah SAW berkenaan dengan apa yang harus dilakukan di bulan ini antara lain: “Seandainya seorang hamba tahu kebaikan yang terdapat di bulan Ramadlan, niscaya ia akan berharap semua bulan dalam satu tahun itu Ramadlan” hadits dari Abi Mas’ud al-Ghifari diriwayatkan Imam Thabrani.
“Tuhanmu berfirman: setiap kebaikan dilipatkan sepuluh kali lipat sampai tujuhratus kali lipat pahalanya, sedangkan puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberi pahalanya, dan puasa itu merupakan perisai dari api neraka, dan bau mulutnya orang yang berpuasa lebih wangi bagi Allah dari pada wanginya minyak kesturi, jika seseorang tidak tahu kalau kamu sedang berpuasa, maka hendaklah ia mengatakan: aku sedang puasa, aku sedang puasa!” hadits riwayat Tirmidzi.
Suatu saat Rasulullah saw berkhutbah di akhir bulan Sya’ban sebagaimana yang diriwayatkan Salman ra: “Wahai sekalian manusia, kalian dilindungi oleh bulan agung yang penuh berkah, bulan di dalamnya terdapat satu malam yang melebihi seribu bulan, bulan Allah mewajibkan puasa di dalamnya, dan shalat malamnya sebagai bentuk ketaatan, siapa yang berusaha bertaqorub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan satu tindakan kebaikan, nilainya bagaikan menjalankan amalan wajib di luar Ramadlan, dan siapa yang menjalankan kewajiban di bulan ini nilainya bagaikan yang menjalankan amalan wajib di luar bulan ini.”
Ketiga, bertekad untuk melakukan ibadah puasa dengan sebaik mungkin; Dimulai dengan niat di malam hari, kemudian makan sahur, meninggalkan apa-apa yang dilarang dalam berpuasa baik perkataan maupun perbuatan. Segera berbuka jika waktunya sudah tiba (ta’jil) dan berbuka pertama kali dengan kurma jika ada atau dengan air.
Keempat, mengorganisir amalan-amalan yang akan dilakukan di bulan suci ini dengan memperhatikan berbagai pesan dan anjuran yang senantiasa dilaksanakan; Dalam konteks ini ada beberapa amalan yang bisa dan biasa dilakukan seorang mu’min, yakni dengan melakukan i’tikaf dan qiyaamu Ramadlan. I’tikaf maksudnya diam di mesjid dengan niat dan sifat tertentu. Niat i’tikaf di mesjid kemudian duduk sambil membaca al-Qur’an atau baca tasbih, tahlil dan berdzikir dan beristighfar. Adapun qiyamu Ramadlan artinya menjalankan shalat malam di bulan Ramadlan—yang secara tradisi dilembagakan dalam bentuk shalat tarawih– Siapa yang menjalankan shalat malam di bulan Ramadlan dengan motivasi keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah maka baginya ampunan bagi dosa-dosanya di masa silam (hadits Mutafaq alaih).
Selamat menyonsong Ramadlan, semoga bisa menggapai keberkahan, rahmat dan maghfirah Alah SWT.
Comments are Closed