Homeward
HOMEWARD kata yang populer yang berarti ‘perjalanan menuju rumah’. Di Indonesia disebut mudik. Dilakukan terutama saat menjelang Idulfitri sekitar 10 hari terakhir Ramadan. Untuk kedua kalinya sejak pandemi covid-19 melanda, pemerintah melarang mudik lebaran. Namun, tulisan ini tidak akan membahas mudik dan larangannya, tapi akan menceritakan rumah sebagaimana adanya. Dan bagaimana mengelolanya sehingga fungsinya menjadi lebih nyata dan terarah.
Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal, demikian kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan pengertian rumah atau home. Rumah diartikan sebagai ‘bangunan atau flat untuk tempat tinggal bersama keluarga’. Bisa juga diartikan sebagai house atau bangunan tempat tinggal bagi masyarakat. Dalam bahasa Arab ada beberapa kosa kata tentang rumah, yakni bait, manzil, maskan, dandar yang artinya juga ‘tempat tinggal’. Hanya, katadar kadang lebih luas maknanya, bisa berarti ‘kampung’.
Kata rumah digabung dengan tangga menjadi rumah tangga. Artinya, ‘yang berkenaan dengan urusan kehidupan dalam rumah’ atau ‘berkenaan dengan keluarga’. Berumah tangga artinya berkeluarga. Kata tangga sendiri berarti ‘tumpuan untuk naik turun, alat untuk tumpuan memanjat’. Maka, tidak heran kalau rumah lebih menunjuk kepada tempat tinggal untuk keluarga.
Di belahan bumi Indonesia tempo dulu, rumah-rumah biasanya dibuat tinggi-tinggi sehingga membutuhkan tangga untuk mencapainya. Alasannya, untuk menghindari binatang buas. Dan ternyata sekarang bisa juga untuk menghindari air banjir. Mungkin ini asal mula kenapa kalau berkeluarga disebut berumah tangga karena tangga merupakan kelengkapan untuk mencapai rumah. Dengan kata lain mencapai rumah dalam berkeluarga mesti meniti tumpuan berupa anak tangga. Sebagai tempat berkumpulnya keluarga, tentu saja rumah punya fungsi lain. Bisa sebagai tempat berteduh dari terik matahari atau air hujan. Bisa juga sebagai tempat menginap dan bercengkerama sesama anggota keluarga. Tempat membesarkan anak-anak dan sebagai pewarisan berbagai budaya dan keyakinan secara turun-menurun.
Tata krama dan beberapa aturan yang bertangga (berjenjang) juga dikenalkan lebih dini di rumah. Boleh dan tidak boleh, baik dalam bertutur kata, makan minum, dan aturan berperilaku. Dikenalkan juga bahwa rumah sebagai tempat pewarisan budaya antargenerasi. Kepribadian baik akan muncul dari rumah yang tertata baik dari segi aturan atau norma, serta disiplin. Bukan dari arsitektur rumah semata.
Sebagai makhluk pencinta keindahan, manusia biasa menghiasi rumahnya dengan berbagai aksesoris. Kadang dengan harga sangat mahal untuk menciptakan kenyamanan dan ketenangan. Atau sekadar menikmati karya-karya para seniman. Ada banyak tujuan bisa dijadikan latar kenapa manusia suka menghiasi rumahnya. Tapi, ada juga yang bisa dijadikan dasar dan lebih maknawi dalam menghias rumah. Boleh jadi, hal itu tidak begitu mahal harganya.
Kalau hiasan berupa benda biasanya menuntut harga, sedangkan hiasan berupa makna biasanya sangat murah. Hiasan berupa makna yang dimaksud adalah membangun tradisi penghuni rumah dengan beberapa tradisi bermakna. Hal ini sangat berperan nantinya dalam pembentukan kepribadian mereka.
Beberapa pelajaran disebutkan dalam Alquran seperti kandungan surat an-Nur (dalam banyak ayat mulai dari awalnya), Al-Ahzab 70 dan 71, surat Luqman ayat 12 hingga 19, serta surat al-Hujurat dalam seluruh kandungannya. Ayat-ayat dalam surat tersebut banyak mengajarkan tata krama dan aturan moral yang baik untuk dibangun di dalam rumah tangga.
Dalam konteks tradisi, baik juga diungkapkan bagaimana Rasulullah SAW membuat tradisi membaca Alquran malam hari di rumahnya. Tradisi itu diikuti oleh para sahabat, bagaimana mereka mengajarkan Alquran kepada keluarganya di malam hari. Dikisahkan bahwa jika malam hari melewati rumah para sahabat, mereka akan mendengarkan gemuruh suara bacaan Alquran sebagaimana gemuruh suara lebah (as-Sabuni 1985).
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Musa Al-Asy’ari bahwa Rasulullah SAW bersabda kepadanya: Jika engkau melihatku tadi malam, dan aku mendengarkan bacaanmu, engkau sudah diberi keindahan suara seperti keindahan suara (seruling) Nabi Daud AS. Dan banyak riwayat lain menceritakan bagaimana para sahabat menghiasi rumah-rumah mereka dengan bacaan Alquran.
Selain itu, rumah juga dihiasi dengan mendirikan salat (dianjurkan salat sunat dilakukan di rumah dan salat fardu di masjid). Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda: Jadikanlah sebagian salatmu di rumahmu, dan jangan dijadikan rumahmu seperti kuburan. Dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Jika kalian selesai menjalankan salat di masjid, maka hendaknya ada juga salat untuk di rumah kalian, karena Allah akan menjadikan kebaikan bagi rumah tersebut dari salatnya.
Menjelaskan hal tersebut, para ulama menyatakan bahwa salat fardu dilakukan di masjid dan salat sunah di rumah. Ini sebagai upaya untuk memakmurkan rumah. Dengan berzikir kepada Allah, maka rumah dikelilingi malaikat, maka keberkahan akan terlimpahkan kepada rumah dan penghuninya.[]
*M Tata Taufik, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat
Medcom 4 Mei 2021
Comments are Closed