media berbagi dan silaturahmi

Umrah Plus Studi

Print Friendly, PDF & Email

M. Tata Taufik

Pada 21-29 Desember 2022 lalu penulis melakukan perjalanan Umrah dengan beberapa pengasuh pesantren dan pemerhati dan utusan beberapa lembaga terkait dengan pesantren. Sesampainya di Bandara Madinah di Imigrasi mulai tampak perubahan di Saudi, terlihat beberapa petugas Imigrasi wanita tanpa cadar –yang menjadi karakter khas wanita Saudi—mulai memberikan pelayanan keimigrasian. Perjalanan dilanjutkan dengan Kereta Cepat Haramain (Haramain High Speed Railway) di Stasiun juga menemukan hal yang sama para wanita berkeliaran memberikan in formasi baik di ruang tunggu, pintu masuk peron serta lokasi strategis lainnya, termasuk di atas kereta dengan kondisi yang sama. Saya berkomentar, kini Saudi sudah membuka diri dengan budaya luar.  Ada rasa keberatan dalam hati ini melihat berbagai perubahan ini.

Perubahan pun itu terasa ketika melihat Visa Umrah, kini Visa Umrah berdurasi 90 hari alias 3 bulan. Suatu perubahan yang sangat berarti, yang sebelumnya hanya berlaku 30 hari.

Terkait dengan durasi Visa Umrah 90 hari, pada saat audiensi dengan Dr. Hasan Bukhari Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa Arab untuk Penutur Asing Universitas Umul Qura Makah menyatakan bahwa lembaganya terbuka untuk menyelenggarakan pelatihan (daurah) bahasa Arab bagi non Arab. Bagi peserta Umrah bisa mengajukan kelas kursus bahasa Arab baik bagi pelajar maupun bagi pengajar dengan durasi satu minggu sampai satu bulan, dua bulan atau lebih. Jadi semasa mereka tinggal di Arab Saudi dengan visa Umrah, mereka bisa juga meningkatkan kemampuan bahasa Arab atau kemampuan mengajar bahasa Arabnya. Hal tersebut disampaikan ketika Ketua Yayasan Assalam Fil Alamin Syafruddin Kambo beserta rombongan yang terdiri dari para pengasuh pesantren, pengurus Asosiasi Pesantren, ketua LP2M Muhammadiyah, serta Sekjen MUI berkunjung ke kantornya Minggu 25 Desember 2022 yang lalu.

Pada tahun 2015 lalu penulis berkesempatan mengikuti Daurah I’dad Mualimi al-Lughah al-Arabiyah Li al-Natiqina bi Ghairiha (Pelatihan Guru Bahasa Arab Bagi Penutur Asing) yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengajaran Bahasa Arab Bagi Penutur Asing Universitas Ummul Qura dengan durasi 40 hari. Pelatihan tersebut diprogram untuk dua negara, Indonesia dan Senegal, dan semuanya gratis tanpa dipungut biaya. Pemateri terdiri dari para profesional penulis buku pembelajaran Bahasa Arab yang populer “al-Arabiyah Baina Yadaika” seperti Dr. Abdurrahman Ibn Ibrahim Al-Fauzan dan Dr. Mukhtar al-Thahir Husain pengajar lainnya dari Lembaga tersebut.

Keuntungan dari pelatihan di Ummul Qura selain pembaruan keilmuan pengajaran bahasa Arab, juga para peserta bisa melaksanakan Umrah, bik secara mandiri setibanya di Makkah sebelum acara Daurah dimulai mau pun setiap akhir pekan (hari kamis biasanya) dengan fasilitas jemputan dari kampus. Selain itu bisa juga mengisi malam mulai dari magrib sampai isya degan beribadah di Mesjidil Haram. Kunjungan-kunjungan ke tempat bersejarah serta berbagai Museum juga termasuk dalam program hingga berkunjung ke Madinah.

Menyikapi perubahan durasi visa Umrah dan tawaran dari Dekan Ma’had Ta’lim Lughah Arabiyah tersebut bisa dibuat program Umrah plus Daurah bagi para guru bahasa Arab atau para siswa pembelajar bahasa Arab. Sementara ini  yang sering ditawarkan adalah Umrah Plus Cairo atau Turki, maka bisa jadi ke depan ditawarkan Umrah Plus Daurah.

Jika program Daurah yang resmi menjadi program Umul Qura dan bebas biaya, sambil Daurah bisa Umrah, maka yang kedua ini, sambil Umrah bisa Daurah, dan tentunya berbiaya, seperti biaya akomodasi selama program berlangsung, serta biaya penyelenggaraan pelatihan yang ditetapkan lembaga. Besar kecilnya biaya tergantung pada durasi pelatihan yang diselenggarakan. Sebagai pertimbangan pembiayaan sebagaimana yang dilakukan Universitas Darunnajah Jakarta yang menyelenggarakan Daurah kerja sama dengan Universitas Islam Madinah mematok biaya sekitar 40 juta rupiah untuk durasi 1 bulan. Hanya selisih sekitar 6 jutaan  rupiah dari biaya Umrah reguler dengan durasi 9 hari.

Mengingat pembelajaran bahasa memerlukan pengalaman lingkungan, pengenalan budaya serta komunikasi langsung dengan penutur asli, maka bagi lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa Arab seperti jurusan bahasa Arab di Perguruan Tinggi dan para santri di pesantren tampaknya program Umrah plus Daurah itu bisa jadi paket pembelajaran bagi yang berminat dan mampu secara finansial. Atau bisa juga lembaga-lembaga seperti BAZNAS atau LAZIS (sebagai lembaga penghimpun dana Masyarakat Muslim mencanangkan beasiswa dukungan finansial untuk program ini dalam rangka peningkatan SDM bagi masyarakat muslim. Jika LPDP bisa membiayai Kampus Merdeka dengan program Kampus Mengajar, saya kira tidak ada salahnya jika dikembangkan program short courses  seperti ini bagi kampus-kampus yang menyelenggarakan pengajaran bahasa Arab.

Rombongan bersama Dr. Hasan Bukhori Ma’had Ta’lim Lughah Arabiyah Ummul Qura Univ Makkah

Comments are Closed