Korma & Kolang Kaling
Bulan puasa dan bulan haji untuk masyarakat muslimin Indonesia identik dengan korma, atau tamar dalam bahasa aslinya yang berarti korma kering. Sunah berbuka dengan korma membuat buah asal gurun pasir dari pohon semacam palm yang hidup di tanah kering di belahan Timur Tengah itu begitu populer.
Popularitas korma tentu saja menjadi komoditi yang diinport ke Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar; masyarakat muslim. Selain masa Ramadlan, buah ini juga populer di masa haji, sebagai oleh-oleh khas bagi jamaah haji ketika pulang ke tanah air menyertai air zam-zam.
Di Indonesia ada juga buah-buahan yang populer di bulan puasa, antara lain kolang-kaling, timun suri, blewah, pisang , kelapa muda, mungkin ada buah lainnya sebagai bahan baku pembuatan makanan pembuka puasa termasuk ubi-ubian dan tepung padi (bahan cendol) Biasanya dibuat kolak atau dibuat semacam minuman dengan pemanis gula aren atau syrup.
Di antara yang disebutkan itu yang bentuknya hampir mirip dengan korma adalah kolang-kaling, yaitu buah pohon enau setelah dikupas kulitnya diolah menjadi bahan campuran minuman manis di bulan puasa. Ketersediannya menjadi sangat banyak khusu di bulan tersebut dibanding dengan hari-hari biasa, ada yang putih sebagaimana warna aslinya ada juga yang diberi warna merah atau hijau. Dikatakan mirip karena sama-sama merupakan buah dari tanaman berjenis palm, dengan jumlah yang banyak dalam satu tangkainya. Perbedaannya tidak memiliki rasa manis seperti kurma, yang sudah memiliki rasa sedari asalnya.
Masyarakat Indonesia yang kaya kreativitas tidak menyerah begitu saja, ketika kolang-kaling (sunda; buah kawung) tidak memiliki rasa manis, mereka menyadap dari pohon yang sama air yang kemudian dijadikan gula aren. Maka dengan pohon yang sama menghasilkan minuman segar perpaduan antara air gula merah dan kolang-kaling sebagai minuman pembuka puasa.
Itulah karakter tumbuhan yang sejenis satu tumbuh di belahan Dunia yang tandus dan satu tumbuh di belahan yang subur. Sebagaimana diisyaratkan dalam surat al-Nahl ayat 10-11, surat al-Fathir ayat 27 dan al-Zumar ayat 21. Semunaya mengisyaratkan ada rasa dan warna berbeda dari berbagai tumbuhan dan buah-buahan yang tumbuh di berbagai macam kondisi tanah.
Dari sinilah terjadi pertukaran buah-buahan dari belahan bumi yang satu ke belahan bumi yang lainnya, melalui perdagangan, saling interaksi antara satu bangsa dengan lainnya, sungguh luar biasa. Pertanian dan perkebunan di Asia Tenggara yang kaya akan buah-buahan itu belum semuanya digarap dengan baik, masih banyak yang bisa dikembangkan untuk mensuplai kebutuhan buah-buahan di Dunia ini.
Tapi anehnya akhir-akhir ini –entah motivasi apa– di negeri kita tiba-tiba ada upaya mengambil alih tanaman yang bagus tumbuh di wilayah yang sesuai dengan karakternya, korma mulai diupayakan untuk ditanam di negeri yang hijau ini, sampai-sampai berita akhir-akhir ini banyak kasus investasi atas nama kampung korma. Ramai-ramai menanam korma mungkin dengan pendekatan pandangan relegi atau hanya uji prestasi bahwa pohon seperti itu bisa tumbuh dan berbuah di negeri nan hijau ini. kalau ada alasan lain, mangga, jambu, sawo, belimbing, durian, jeruk, pepaya dan lainnya masih bisa dikembangkan dengan kualitas yang lebih baik. Biarlah para petani di belahan Arab sana menanam korma, dan kita tanam yang memang tersedia di negeri kita.
Biarkan kita tetap bangga dan bahagia mendapatkan korma dari negeri sana, sebagaimana mereka juga bangga ketika membawa durian olahan ke negerinya, atau merasakan nikmatnya kolang-kaling saat berada di negeri kita.
Comments are Closed