Perempuan (di) Ramadlan
Memperhatikan pekerjeaan perempuan terutama para ibu rumah tangga di bulan Ramadlan luar biasa mereka beramal. Mari kita perhatikan pagi hari mereka harus belanja mempersiapkan segala sesuatu untuk berbuka puasa. Setelah itu menjelang sore hari sekitar pukul 14.00 mereka telah mulai aktifitas memasak untuk anggota keluarganya berbuka puasa, terlebih bagi yang memiliki tanggungjawab anggota keluarga yang harus diberi buka puasa dengan jumlah yang banyak.
Usai menyiapkan puasa mereka juga melakukan tarawih, setelah itu mereka mulai lagi berpikir untuk memasak sahur, jika banyak persiapan bisa dilakukan sejak pukul 00.00. berpikir juga untuk mendistribusikannya serta melihat apa ada anggota keluarga dalam tanggungjawabnya yang tidak kebagian santap sahur. Dan begitu seterusnya, mereka juga tetap berpuasa, tetap mencuri waktu untuk membaca al-Qur’an serta tetap mengerjakan pekerjaan rumah secara rutin.
Belum lagi seacara psikis mereka harus bisa menyikapi berbagai persoalan di rumah dengan sangat bijak, halus dan tetap bernuansa kasih dan sayang. Bagi yang kehidupannya pas-pasan, mereka harus bisa mengatur kebutuhan hidup dengan sangat cermat, ketersediaan logistik untuk tetap bisa bertahan kerap menjadi pikiran mereka, kemampuan untuk menghemat di satu sisi dan kemampuan menyajikan perasaan yang enak dipandang dan bisa diterima oleh seluruh anggota keluarga di sisi yang lain. Bagaimana tidak setelah bermujahadah mempersiapkan segala sesuatu, terutama saat sahur, bisa saja sang anak menunjukkan keengganan untuk bangun sahur, setelah bisa bangun pun masalah belum selesai, ketika sang anak melihat menu yang tersedia menunjukkan mimik penolakan, harus ada rayuan dan belaian kasih agar mereka bisa menerima apa adanya.
Tidak jarang mereka harus –dengan penuh kasih-sayang—mengantarkan santapan sahur ke kamar sang anak, guna menyenangkan dan mengamankan mereka dari alasan tidak sahur dalam perjalanannya menunaikan ibadah (bisa juga berlatih) puasa.
Menyaksikan kesibukan seperti ini kita hanya bisa berdo’a, semoga jadi amal sholeh buat mereka, dan ini yang selalu saya sampaikan kepada istri di rumah: “amal sholeh insyaallah” untuk memotivasi dan menghiburnya, kita kaum lelaki hanya bisa menonton, tidak bisa bantu banyak.
Potret ini dengan apik diungkapkan oleh Al-Misrawi dalam kicauannya: Alangkah besarnya pahala perempuan di bulan Ramadlan: pahala puasa, pahala mengerjakan pekerjaan rumah, pahala memberi buka bagi yang puasa. Ya Allah berilah mereka kekuatan dan bebaskanlah mereka dari dahaga. Seemoga
Comments are Closed