Pemuda 2022
Ada banyak pemuda saat ini yang sedang belajar di luar Negeri. Kondisinya mungkin bisa disamakan dengan saat para pemuda memelopori persatuan dengan Sumpah Pemuda-nya.
Mereka yang terpelajar didikan Belanda memprakarsai ide persatuan dan kesatuan bangsa. Sadar bahwa wilayah Nusantara ini terdiri atas berbagai suku bangsa.
Ketika mengunjungi Birmingham University, penulis bertemu dengan beberapa pemuda yang sedang belajar di sana. Rata-rata mengikuti program magister (strata 2) atau doktoral (strata 3). Mereka yang penulis temui baru masuk kuliah satu bulan di sini.
Sama halnya dengan yang penulis temui di London. Ada sekitar tiga pemuda yang mendapatkan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan beasiswa internal dari kementerian tempat kerjanya. Ya, mereka baru datang dari Tanah Air, baru satu bulan stay di Inggris. Ada rasa bahagia melihat tampilan mereka. Masih muda-muda. Terpancar raut muka bahagia ketika disapa. Entah bahagia karena biasa jadi utusan untuk tugas belajar atau karena mendapat beasiswa LPDP. Pokoknya bahagia.
Sayangnya, saya tidak terbiasa melihat para kader anak bangsa yang dibiayai rakyat dengan berbagai program beasiswa itu jika nantinya kurang peduli terhadap kebutuhan negara dan rakyatnya. Karena merasa ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan mereka selepas dari pendidikannya nanti–entah ini usil atau kepedulian–jangan sampai mereka hanya bisa bekerja untuk dirinya semata, untuk karier dan pekerjaannya, dan seterusnya.
Jika pada awal tahun 1900-an para pemuda pelajar itu mampu menggerakkan persatuan, lalu apa kira-kira yang bisa dilakukan oleh pemuda pelajar zaman now? Pertanyaan ini menggelitik pemikiran kita. Adakah mereka memiliki semangat yang sama berkaitan dengan kebangsaan dan ke-Indonesiaan?
Kalau cendekiawan muda Yudi Latif melakukannya dengan tak henti-hentinya mempromosikan Pancasila dan berharap banyak untuk perbaikan bangsa saat ini. Menggagas konsep negara paripurna dan seterusnya. Apakah hal serupa juga ada dalam pemikiran para pemuda saat ini?
Terlalu banyak memang harapan yang disandarkan kepada para pemuda terpelajar yang berkecamuk dalam pikiran ini. Harapan yang diawali dengan kekhawatiran di satu sisi, dan asumsi egoisme di sisi lain, terkait mindset kebangsaan dan kesatuan.
Momentum 28 Oktober 2022 yang sering diperingati sebagai usaha awal pembentukan negara kesatuan Indonesia sangat tepat untuk dijadikan “titik balik” dalam rangka membangkitkan kembali semangat perjuangan bagi para pemuda yang akan mewarisi bangsa ini.
Ketika sekelompok calon mahasiswa yang akan dikirim ke Al-Azhar Cairo, koordinator pengiriman mahasiswa saat itu mengingatkan kepada mereka bahwa mereka berangkat itu atas beasiswa dari Al-Azhar. Maka di dalam darah kalian mengalir “nutrisi” makanan yang berasal dari uang beasiswa. Tentu saja pemberi beasiswa percaya bahwa kalian pantas untuk mendapatkannya. Maka kalian harus belajar dengan sepenuh hati sesuai dengan tujuan beasiswa itu diberikan. Ada tanggung jawab sosial yang kalian emban dengan beasiswa ini.
Melalui tulisan ini, sebagai refleksi atas hari Sumpah Pemuda, penulis mengingatkan hal serupa kepada para penerima beasiswa. Apakah bersumber dari internal instansi tempat kerjanya maupun dari LPDP yang dananya diambil dari dana abadi pendidikan Kemendikbud dikelola oleh Kemenkeu, atau dari institusi penyedia beasiswa lainnya, bahwa apa yang diberikan itu adalah anugerah atas kemampuan kalian. Namun, ada harapan besar bahwa pada gilirannya peran sosial kalian juga sangat ditunggu dan diharapkan.
Maka, doa-doa yang dipanjatkan untuk bisa mendapatkan kesempatan belajar itu jangan dikhianati dengan sikap kurang peduli dan kurang berperan bagi masyarakat dan bangsa serta umat manusia secara lebih luas.
Kemudian tak kalah pentingnya harus disampaikan jangan sampai ada pikiran bahwa belajar dengan beasiswa itu sebagai pengganti pekerjaan. Maksudnya, jangan sampai memiliki pikiran mencari nafkah kehidupan dengan bersekolah.
Pesan ini bukan tidak beralasan karena pernah juga beredar pada awal tahun 2000-an ungkapan dengan melanjutkan studi S2 atau S3 melalui beasiswa bisa menambah penghasilan. Semoga saja para pemuda terpelajar yang sekarang sedang studi bisa membawa perubahan dan perbaikan bagi Indonesia kita tercinta.[]
Sumber Pilar Medcom.id
Comments are Closed